oleh Promed
•
12 Agustus 2020
Tidak ada halangan bagi penderita GERD berpuasa. Jika GERD tidak terkontrol, terapi PPI efektif turunkan asam lambung. Gejala sakit maag atau dispepsia umumnya dihubungkan dengan telat makan. Seseorang yang punya kecenderungan sakit maag, seperti penderita GERD, akan mengalami sakit ketika terlambat makan. Ketika datang bulan Ramadhan, dan umat Islam diwajibkan berpuasa, penderita khawatir tidak bisa berpuasa. Takut maagnya kambuh. “Tidak ada halangan bagi penderita GERD untuk berpuasa. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan, banyak pasien GERD yang membaik dengan puasa.” Alasannya, karena dengan berpuasa jadwal makan, yakni saat sahur dan berbuka menjadi teratur. Selain itu, mereka yang berpuasa tentunya tidak bisa ngemil dan merokok di siang hari. Secara teori, pasien yang menderita GERD akan membaik saat berpuasa Ramadhan. Salah satu studi tentang manfaat ibadah puasa, terlihat bahwa pada kelompok yang berpuasa Ramadhan, memiliki perbedaan median nilai GERD-Q yang bermakna secara statistic, antara bulan Ramadhan dengan nilai median 0, dan di luar bulan Ramadhan dengan nilai median yang meningkat menjadi 4. Dari penelitian ini peneliti menyimpulkan, pada subjek yang menjalani puasa Ramadhan, keluhan GERD dirasakan lebih ringan dibandingkan di luar bulan Ramadhan. Meski demikian, jika penderita merasa nyeri hebat hingga muntah saat berpuasa, maka perlu melakukan pengobatan dan puasa sebaiknya dibatalkan. Dan, bagi penderita yang masih belum bisa mengendalikan asam lambung secara alami, sebaiknya mengonsumsi obat yang dapat mengendalikan asam lambung, yang digunakan setengah atau satu jam sebelum makan sahur atau sesudah makan sahur. Jika penderita menggunakan dosis 2 kali sehari, dosis kedua digunakan setelah berbuka. Sebaiknya 30 menit atau 1 jam setelah berbuka dan sebelum makan besar, atau setelah makan besar atau menjelang tidur. Para ahli berpendapat, kunci dalam mengendalikan GERD adalah menurunkan lama paparan terhadap refluks asam. Durasi paparan esophagus terhadap refluk asam dengan pH 4.0 atau kurang, berhubungan dengan cidera pada mukosa dan menurunkan kemampuan mukosa yang cidera untuk sembuh. Karenanya, mengendalikan GERD dan penyebuhan erosive GERD, bisa dicapai dengan meningkatkan pH gastik hingga 4 atau lebih selama mungkin. Standar pilihan pengobatan untuk mengendalikan GERD adalah obat-obatan dari golongan PPI. PPI efektif menghilangkan gejala dan menyembuhkan lesi esofagus pada GERD. PPI terbukti lebih cepat menyembuhkan lesi esofagitis dan menghilangkan gejala GERD, dibanding golongan antagonis reseptor H2 dan prokinetik. Salah satu kelas obat dari golongan PPI adalah Esomeprazole. Banyak penelitian menunjukkan, esomperazole 40 mg sekali sehari lebih efektif menjaga pH intragastrik 4 atau lebih rendah dibandingkan PPI lain, yang diberikan dalam dosis standar. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa esomeprazole 40 mg sekali sehari, lebih baik dari PPI lain dalam mencapai pH intragastrik median yang lebih tinggi dalam 24 jam. Dan lebih banyak pasien yang mencapai pH intragastrik ≥4,0, setidaknya dalam 12 jam sehari.